
![]() |
Mahasiswa FKIK Prodi Psikologi Bersama Walikota menunjukkan Katalog Produk |
Inovasi ini bukan sekadar upaya bisnis. Mereka mengusung semangat socio-eco-preneurship—berwirausaha dengan kepedulian sosial dan lingkungan—untuk menjawab masalah sampah tekstil yang kian menumpuk di Kota Ternate. Berkat ide tersebut, tim mahasiswa Unkhair berhasil meraih pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025 dari Direktorat Belmawa Kemendikbudristek.
Ketua tim mahasiswa, Dyah Ayu, mengisahkan ide ini lahir dari pemandangan sehari-hari. Sisa kain dari tukang jahit dan rumah produksi garmen kecil sering kali dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. “Daripada dibuang, kami berpikir kain ini bisa dirangkai ulang menjadi produk fashion yang punya nilai jual. Kami ingin menunjukkan bahwa sampah pun bisa bernilai jika disentuh dengan kreativitas,” jelasnya. Dengan memadukan desain modern, setiap tas yang mereka buat tidak hanya berfungsi sebagai wadah, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Dukungan dari Wali Kota TernateI
novasi mahasiswa Unkhair ini mendapatkan dukungan dan perhatian khusus dari Wali Kota Ternate, Dr. Tauhid Soleman. Menurutnya, langkah anak muda ini selaras dengan program pemerintah kota dalam mengurangi volume sampah, terutama limbah nonorganik yang sulit terurai.
“Saya sangat mendukung penuh ide anak-anak muda ini. Mereka bukan hanya cerdas berwirausaha, tetapi juga peduli dengan masa depan lingkungan kita. Kreativitas seperti ini adalah jawaban nyata atas persoalan sampah di kota,” ujar Tauhid Soleman.
Ia menegaskan, pemerintah kota siap mendorong lahirnya lebih banyak inovasi serupa. “Kalau semakin banyak generasi muda bergerak dengan gagasan seperti ini, saya yakin Ternate bisa menjadi kota yang lebih bersih sekaligus berdaya saing secara ekonomi,” tambahnya.
Pendanaan P2MW akan digunakan mahasiswa Unkhair untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperkaya desain, dan memperluas pasar melalui digital marketing. Harapan mereka, tas ramah lingkungan ini kelak bisa menembus pasar nasional bahkan internasional, sekaligus menjadi ikon baru dari Ternate yang peduli lingkungan.
Bagi para mahasiswa ini, tas dari kain bekas bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang memberi kehidupan baru bagi sesuatu yang dianggap tak berguna.(Red)*