
![]() |
TERNATE, DETIKMALUT.com - Pulau Hiri, salah satu wilayah pesisir di Maluku Utara, menjadi pusat kegiatan kolaboratif antara dunia akademik dan pemerintah daerah pada awal Agustus 2025. Selama empat hari, 5–8 Agustus, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Khairun (Unkhair) bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Maluku Utara melaksanakan program bertema Profil Kesehatan Masyarakat Pesisir di Maluku Utara.
Ketua Tim Riset, dr. Liasari Armaijn, M.Kes, menegaskan pentingnya perhatian terhadap masyarakat pesisir. “Kesehatan masyarakat pesisir perlu mendapat perhatian khusus karena tantangan akses dan fasilitasnya berbeda dengan wilayah perkotaan,” ujarnya.
Program ini tidak sekadar mengumpulkan data, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi warga. Dari Program Studi Psikologi, tim peneliti memetakan perilaku masyarakat Pulau Hiri dalam mencari pengobatan mulai dari penggunaan pengobatan tradisional hingga layanan medis modern.
Peneliti Abdul Hamid, M.Psi., Psikolog, menyebut hasil temuan tersebut akan menjadi acuan penting bagi pemerintah daerah. “Masyarakat Maluku Utara punya tantangan khusus dalam mengakses layanan kesehatan. Penelitian ini diharapkan memberi wawasan bagi pembuat kebijakan untuk merancang strategi yang tepat,” katanya.
Di Kelurahan Mado, tim dari Program Studi Farmasi memberikan edukasi Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dengan memperkenalkan berbagai tanaman berkhasiat seperti daun sirih, jahe, kunyit, dan serai, lengkap dengan cara pengolahan yang benar agar manfaatnya maksimal.
Sementara itu, tim dari Program Studi Pendidikan Dokter mengajarkan Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk warga, mencakup langkah-langkah pertolongan pertama pada kondisi gawat darurat seperti henti napas dan henti jantung, sehingga mereka dapat memberikan tindakan awal sebelum tenaga medis tiba.
Salah satu anggota tim, dr. Wahyunita Do Toka, menegaskan bahwa sinergi ini harus berdampak nyata. “Kami ingin riset ini tidak hanya berakhir di laporan, tetapi juga dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Pulau Hiri dipilih karena karakteristik dan tantangan akses kesehatannya yang unik,” jelasnya.
Warga setempat pun memberikan respons positif. Amran, warga Kelurahan Mado, mengaku mendapat banyak pengetahuan baru. “Dulu kami sering mengandalkan cara-cara lama kalau ada yang sakit. Setelah pelatihan ini, kami lebih siap membantu keluarga atau tetangga jika terjadi keadaan darurat,” tuturnya.
Kegiatan ini ditutup dengan diskusi interaktif, memberikan kesempatan kepada warga untuk menyampaikan pengalaman dan kendala kesehatan yang mereka hadapi. Seluruh masukan dicatat untuk disusun menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah daerah.
Melalui kemitraan antara akademisi dan pemerintah ini, diharapkan kesenjangan layanan kesehatan di wilayah pesisir Maluku Utara dapat dikurangi, sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.(*)