![]() |
TERNATE, DETIKMALUT.com - Suasana hangat dan penuh antusiasme terlihat di SMP Negeri 3 Ternate pada Kamis, 25 Juli 2025, ketika puluhan siswa menyimak penjelasan kesehatan dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Khairun. Edukasi mengenai penyakit tonsilitis atau radang amandel ini terasa istimewa karena dipandu langsung oleh dr. Liasari Armaijn, M.Kes, yang hadir bukan hanya sebagai dosen pembimbing, tetapi juga selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unkhair.
Bagi para siswa, kegiatan ini memberikan pengalaman berbeda. Mereka tidak hanya mendengar materi dari mahasiswa, tetapi juga dapat berdialog langsung dengan seorang dokter sekaligus pimpinan fakultas kedokteran. Sosok dr. Liasari tampil sederhana dan dekat dengan anak-anak, menjelaskan penyebab, gejala, hingga pencegahan radang amandel dengan bahasa yang mudah dipahami.
“Penyakit tonsilitis sangat sering dialami anak-anak usia sekolah. Jika tidak dicegah sejak dini, dapat mengganggu proses belajar dan aktivitas sehari-hari. Karena itu, penting mengajarkan cara menjaga pola makan, kebersihan mulut, dan gaya hidup sehat,” ujar dr. Liasari Armaijn, M.Kes, disambut anggukan penuh perhatian dari siswa.
Kehadiran dekan yang turun langsung mendampingi mahasiswa mendapat apresiasi tinggi dari pihak sekolah. Kepala SMP Negeri 3 Ternate, Wahda S. Umsohy, S.Pd, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk kolaborasi yang patut dicontoh.
“Kami bangga anak-anak bisa mendapat pengetahuan langsung dari dokter, apalagi beliau adalah Dekan FKIK Unkhair. Ini menunjukkan keseriusan kampus dalam membimbing mahasiswa sekaligus peduli pada kesehatan generasi muda,” katanya.
Bagi mahasiswa KKN, pengalaman ini juga memberi semangat tersendiri. Ardhi, Presiden BEM FKIK Unkhair, menuturkan bahwa pendampingan dekan memberi mereka contoh nyata.
“Kami merasa beruntung didampingi langsung oleh Ibu Dekan. Beliau memberi teladan bagaimana menyampaikan ilmu kesehatan dengan cara sederhana agar mudah dipahami masyarakat,” ungkap Ardhi yang juga aktif di organisasi HMI.
Menurut dr. Liasari, kegiatan pengabdian seperti ini adalah wujud nyata tridarma perguruan tinggi. Ia menegaskan bahwa ilmu kedokteran tidak boleh berhenti di ruang kuliah atau laboratorium, melainkan harus hadir di tengah masyarakat.
“Sebagai tenaga pendidik, tugas kami bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga memastikan mahasiswa bisa mengamalkan ilmunya. Dengan turun langsung, mereka belajar empati, komunikasi, dan kepedulian sosial,” tambahnya.
Tidak hanya siswa yang mendapat manfaat, guru-guru juga memperoleh wawasan baru. Mereka menilai materi yang dibawakan relevan dengan kebutuhan anak-anak, terlebih karena radang amandel kerap menjadi alasan siswa absen dari sekolah. Guru berencana meneruskan informasi tersebut kepada orang tua murid agar upaya pencegahan berjalan berkesinambungan.
Dua bulan setelah kegiatan ini, tepatnya pada minggu pertama Oktober 2025, mahasiswa KKN melakukan tindak lanjut dengan membagikan poster kesehatan berisi ringkasan pencegahan tonsilitis. Pesan sederhana seperti menjaga kebersihan mulut, mengurangi makanan berminyak, dan membiasakan minum air putih dipajang di majalah dinding sekolah agar bisa dibaca seluruh warga sekolah.(Red)*

