
![]() |
JAILOLO, DETIKMALUT.com - Di Desa Gamlamo, Kecamatan Ibu, suasana pagi yang sejuk berubah hangat bukan hanya oleh sinar matahari, tetapi juga oleh semangat warga yang berkumpul mengikuti pelatihan membuat pakan ikan dan ecoenzym. Kegiatan ini diselenggarakan oleh apt. Sandrawati, S.Si., M.Si., dosen Farmasi Universitas Khairun, dalam rangka pengabdian kepada masyarakat dengan pendanaan dari Kemendiktisaintek. Kegiatan berlangsung pada 14 Juli 2025, dan ecoenzym rencananya akan dipanen pertengahan Oktober.
Gamlamo dengan wilayah yang kecil dan penduduk ramah, selama ini mengandalkan sektor pertanian dan perikanan sebagai mata pencaharian utama. Namun, warga sering terbebani oleh mahalnya harga pakan ikan pabrikan serta banyaknya limbah organik yang belum termanfaatkan.
Pelatihan diawali dengan pengenalan bahan lokal yang tersedia di Gamlamo seperti dedak padi, limbah sayur dan buah, tepung ikan dari sisa tangkapan kecil, serta bahan fermentasi alami. Sandrawati mempraktikkan cara mencampur bahan pakan ikan agar kaya protein, murah, dan mudah dibuat. Selanjutnya, warga diperkenalkan pada pembuatan ecoenzym melalui fermentasi limbah rumah tangga (sayur, buah, dan gula molase) dalam wadah tertutup hingga menjadi cairan bermanfaat sebagai pupuk dan pembersih alami.
“Saya ingin warga Gamlamo memahami bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari rumah. Limbah dapur bisa jadi bernilai ekonomis, dan pakan berkualitas dapat dibuat sendiri. Ini bukan hanya soal ilmu, tapi soal kemandirian,” ujar apt. Sandrawati di sela-sela praktik mencampur bahan ecoenzym.
Kepala Desa Gamlamo, Sofyan Umar, ikut bersemangat mencampur dedak dan ikan sisa sesuai instruksi. “Saya pikir membuat pakan sendiri itu sulit. Tapi ternyata dengan bahan yang ada di sini saja kita bisa hasilkan pakan hampir sama kualitasnya. Ini sangat membantu biaya produksi ikan saya,” katanya sambil tertawa.
Warga lain, Veriyanti yang juga Sekretaris PKK Desa Gamlamo, melihat manfaat ecoenzym dengan penuh harapan. “Setiap hari kami membuang sayur dan buah layu. Sekarang tahu bisa difermentasi jadi pupuk atau cairan pembersih alami. Anak-anak saya juga bisa ikut membantu, jadi ini jadi pelajaran untuk generasi muda,” ujarnya.
Kegiatan meliputi teori, praktik langsung, dan sesi tanya jawab. Di akhir pelatihan, warga menetapkan target jangka panjang berupa pembentukan kelompok produksi pakan ikan lokal serta bank ecoenzym desa agar setiap rumah tangga bisa mengakses ilmu ini secara berkelanjutan. Harapan Sandrawati sederhana namun besar: “Jika ini berhasil di Gamlamo, saya ingin model ini ditiru desa-desa lain di Halmahera Barat. Kemandirian pangan dan kelestarian lingkungan harus berjalan beriringan,” ujar apoteker yang juga membuka apotek di Jailolo itu.
Saat itu, Sandrawati menjelaskan bahwa ecoenzym yang sedang diproses baru bisa dipanen pada pertengahan Oktober 2025. Saat berita ini dibuat, tim pengabdian melakukan tindak lanjut dengan menghubungi warga. Hasilnya menggembirakan, karena ecoenzym yang dibuat bersama menunjukkan progres baik. Warga pun menunggu masa panen agar bisa memanfaatkannya untuk pupuk tanaman dan kebutuhan rumah tangga.(Red)*