
![]() |
TERNATE, DETIKMALUT.com - Tepat 100 hari setelah dilantik sebagai Gubernur Maluku Utara oleh Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025, Sherly Tjoanda Laos dan Wakil Gubernur Sarbin Sehe menandai tonggak awal pemerintahan mereka pada Jumat, 30 Mei 2025.
Sejak awal, keduanya memulai masa tugas dengan langkah yang tak biasa: menjalani retreat di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Di lingkungan yang jauh dari hiruk-pikuk politik, mereka merumuskan tiga komitmen utama sebagai fondasi kerja: pendidikan gratis, layanan kesehatan tanpa hambatan biaya, serta pengentasan kemiskinan melalui peningkatan konektivitas antarpulau.
Dalam pernyataannya pada Jumat (30/5), Gubernur Sherly mengungkapkan bahwa program-program prioritas tersebut mulai menunjukkan hasil konkret. “Hari ini hari ke-100, saya bersyukur dapat melaporkan bahwa janji itu sudah berwujud nyata, bukan lagi deretan janji.
Sejak hari pertama, saya terbang ke Jakarta, mengetuk pintu kementerian satu per satu. Hasilnya konkret, mempercepat implementasi usulan pemda untuk rumah sakit baru di Pulau Taliabu dan Halmahera Timur dan mengajak Menkes melihat langsung kondisi Fasyankes di dua daerah itu, sekaligus meletakkan batu pemula RSUD,” ujarnya.
Di sektor kesehatan, kerja sama dengan BPJS membuahkan kebijakan UHC Prioritas secara parsial yang mulai berlaku 1 Juni dan efektif 10 Juni. Dengan cukup menunjukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK), warga Maluku Utara dapat mengakses layanan kesehatan di rumah sakit mana saja di Indonesia, tanpa dibatasi wilayah domisili.
Di bidang pendidikan, Gubernur Sherly mengambil langkah progresif dengan mencabut pungutan komite sekolah. Kebijakan ini diumumkan dalam sidang paripurna DPRD pada 6 Maret 2025. Selain itu, Pemerintah Provinsi mengalokasikan anggaran sebesar Rp34 miliar melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), di mana Rp6,1 miliar telah dicairkan untuk mendukung keberlanjutan layanan pendidikan gratis.
“Semua langkah ini saya dedikasikan kepada rakyat Maluku Utara dan kepada mimpi besar almarhum Benny Laos yang selalu membayangkan negeri Moloku Kie Raha berdiri tegak, bermartabat, dan berdaulat atas pelayanannya sendiri. Seratus hari memang singkat, tapi cukup untuk menyalakan obor perubahan. Tugas kami berikutnya adalah menjaga api ini tetap menyala, memperluas infrastruktur, menumbuhkan ekonomi baru, dan membuka lebih banyak peluang bagi generasi muda Maluku Utara,” tegas Sherly.
Ia menutup pernyataannya dengan komitmen untuk terus bekerja dan menyesuaikan arah pembangunan daerah dengan visi nasional. “Saya tidak mengklaim sudah sempurna, tapi saya berjanji tidak akan berhenti belajar, mendengar, dan bekerja, menjadikan Asta Cita Presiden Prabowo kompas pembangunan daerah agar tiap keputusan meneguhkan harapan, memperkuat ketahanan pangan, mencerdaskan SDM, dan menghadirkan keadilan nyata meningkatkan kualitas hidup rakyat,” pungkasnya.(Red)*